Cari Blog Ini

Selasa, 24 Mei 2011

Gaya Bercakap dan Cerpen Suasana Umar Kayam - Seribu Kunang-Kunang di Manhattan

Gaya Bercakap dan Cerpen Suasana Umar Kayam - Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
Sebuah Analisis


1.      Pendahuluan
Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, sebuah cerpen yang terpilih menjadi cerpen terbaik majalah sastra Horison tahun 1966/1967 ini ditulis oleh seorang budayawan dan sastrawan Umar Kayam. Cerpen ini mengisahkan tentang dua orang tokoh Jane dan Marno yang berlatar belakang berbeda dihadapkan pada sebuah percakapan yang menarik. Umar Kayam membangun alur dengan menggunakan teknik dialog atau percakapan. “Tidak ada unsur penceritaan yang jelas, atau konflik, membuat tema menjadi nonsense”, begitulah kiranya pendapat seorang cerpenis dalam esainya “Kembali Membaca dan Menghancurkan Kayam” yang disampaikan pada diskusi rutin di gedung PKM-UPI.
Memang, cerpen Kayam pada umumnya hanya mengantarkan pembaca pada sebuah suasana, kepada sebuah konflik tanpa harus mengakhiri konflik tersebut. Artinya pembaca dibawa pada sebuah konflik, namun konflik tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada klimaks, anti-klimaks dan resolusi atau secara mudah cerita dibuat menggantung tanpa ada maksud yang tersalin dalam cerita tersebut. Ini merupakan sebuah gaya penceritaan khas dari Kayam, dalam analogi lain Kayam tidak serta-merta membuat pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan gunung, namun Kayam mengarahkan pembaca untuk mengimajinasikan bahwa itu berupa gunung, dengan penceritaan deskriptif maupun analitik.
Dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, Kayam menggunakan teknik penceritaan secara dialog yang hampir seluruhnya merupakan percakapan antar tokoh. Jane dengan kehidupan budaya baratnya dan Marno yang memiliki budaya asli Timur ini diracik Kayam menjadi sebuah cerita yang menarik. Kayam memberikan persepsi kehidupan dua tokoh tersebut yang sibuk dengan kehidupannya masing-masing namun dipertemukan dalam sebuah percakapan dialog multikultural. Sebuah teknik penceritaan yang luar biasa.
Dalam artikel ini penulis akan mencoba menganalisis cerpen Seribu Kunang-Kunag di Manhattan menurut unsure-unsur instrinsik yang terkandung di dalamnya.
2.      Analisis Alur
Dalam Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, Kayam membungkusnya dengan penataan alur dialog dengan halus, serta tertata. Dalam gambaran umum alur/plot yang digunakan Kayam adalah alur gerak (the action plot). Berikut pendeskripsian alur cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan :
a)      Pengantar
·         Jane dan Marno, sepasang lelaki dan perempuan yang duduk bersama dan saling bercakap di sebuah rumah. Mereka sama-sama sedang menenggak minuman alcohol.
·         Jane kemudian mulai membuka percakapan dengan menyatakan bahwa bulan yang terlihat di kamar mereka adalah berwarna ungu. Dan Marno menyanggahnya.
·         Kemudian Jane bercerita lagi tentang Alaska dan Jane mulai teringat pada bekas suaminya. Ia mengira Tommy, bekas suaminya ada di Alaska saat itu.
·         Jane mulai terbawa kerinduannya pada Tommy, bekas suaminya. Ia merasa di Alaska sana Tommy kedinginan dan merasa kesepian dan Jane khawatir.
·         Jane ingin bercerita pada Marno mengenai cerita Tommy yang mengirimkan sebuah boneka Indian yang cantik. Namun ceritanya tak selesai ketika Jane mengetahui bahwa cerita itu telah diceritakan kepada Marno
b)      Penampilan Masalah
·         Marno mulai teringat akan memoirnya pada kampung halaman, ia berimajinasi bahwa ada suara jangkrik dan katak yang menyanyi di luar kamarnya, Manhattan!!
·         Jane mulai merasa tidak nyaman dengan penceritaan Marno, ia berteriak kencang seolah memarahi Marno.
·         Jane mulai meracau kembali tentang Tommy, kali ini ia menceritakan ia pernah pergi bersama Tommy ke Central Park Zoo. Dan lagi-lagi cerita itu telah disampaikan kepada Marno.
·         Jane mulai menganggap dirinya membosankan, karena ceritanya telah semua disampaikan kepada Marno.
·         Marno mulai merasa istrinya ada di sampingnya saat itu.
·         Marno mulai berimajinasi bahwa ada kunangkunang di malam itu. Di luar kamarnya. Ia bercerita tentang kunang-kunang kepada Jane yang taktahu apa itu kunang-kunang.
·         Jane kemudian bercerita kembali, bahwa saat ioa masih kecil ia mempunyai sebuah mainan kekasih. dan alangkah senangnya ia saat mengetahui bahwa Marno belum mengetahui kisah yang diceritakannya itu.
c)      Konflik/Pengantar Konflik
·         Jane teringat pada piyama yang dibelikannya untuk Marno, dan dengan girangnya ia masuk kedalam kamarnya untuk mengambilkan piyama tersebut kepada Marno.
·         Jane menyuruh Marno untuk segera berganti pakaian dengan piyama tersebut.
·         Marno menolak memakai piyama itu, dan memilih untuk pulang. Jane kaget namun mencoba untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh Marno.
·         Marno kemudian bersiap meninggalkan Jane dan piyama itu, Jane berharap Marno akan segera meneleponnya.
·         Marno mencium dahi Jane, kemudian perlahan-lahan meninggalkannya di kamar itu.
·         Jane kemudian terlelap dan diceritakan bantalnya basah.
Dalam analisis tersebut diperlihatkan bahwa tidak adanya penyelesaian konflik atau bahkan konflik yang dimunculkan oleh Kayam dalam cerpen ini. Kayam hanya menempatkan pembaca pada sebuah situasi konflik atau pengantar konflik yang kurang jelas. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa pembaca dapat menafsirkan sendiri apa yang dikehendaki pembaca. Kayam tidak menyelesaikan cerita ini dengan resolusi yang jelas. Karena gayanya yang murni bercerita, maka “penulis” cenderung tidak tampak pada cerita ini. Cerita ini dapat menjadi multi tafsir karena pembacalah yang akan mengakhiri cerita ini.namun kayam memberikan pengantar pengaluran yang tertata secara rapi.
Menurut Habbiburahman El Shirazy (Akun Facebook) ia menyatakan bahwa alur dalam cerita ini adalah alur lembut. Yang artinya, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga terus mengiang di telinga pembaca.

3.      Analisis Tokoh dan Penokohan
Albertime Mendrop (2005:2) mengartikan penokohan sebagai karakterisasi yang berarti metode melukiskan watak para tokoh dalam suatu karya fiksi. Sedangkan tokoh adalah Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.
Dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan ada dua tokoh utama yang diceritakan oleh Kayam. Dan satu tokoh tambahan. Berikut analisisnya :
a)      Tokoh Utama
·         Marno berperan sebagai tokoh utama dalam cerita ini. Karena secara garis besar Marno yang mengendalikan cerita ini. Kayam membawa cerita ini kepada situasi Marno yang rindu akan kampong halamannya. Aku sedang enak di jendela sini, Jane. Ada beribu kunang-kunang di sana.” (Seribu Kunang-Kunang di Manhattan : 2003). Dalam kutipan tersebut diceritakan bahwa sebenarnya Marno mengimajinasikan Manhattan sebagai kampong halamannya. Ia yang sedari tadinya rindu sekali akan kampong halamannya, dengan ditambah pengaruih alcohol Marno lebih menjadi dan mengimajinasikan kunang-kunang yang notabene adalah hewan tropis ada di Manhattan.
Karakteristik penokohan dari Marno dengan metode dramatic analisis. Yang mana penokohan dari Marno tidak dideskripsikan secara jelas oleh Kayam sebagai penulis. Namun dengan jalan menganalisa dari tingkah laku dramatic dari cerita tersebut. Dengan metode ini dapat diketahui bahwa Marno merupakan orang yang sabar, pendengar yang baik. “Kalau saja ada suara jangkrik mengerik dan beberapa katak menyanyi dari luar sana.”“Lantas?” “Tidak apa-apa. Itu kan membuat aku lebih senang sedikit. ” “Kau anak desa yang sentimental!” “Biar!”
Marno terkejut karena kata “biar” itu terdengar keras sekali keluarnya.
“Maaf, Jane. Aku kira scotch yang membuat itu.”“Tidak, Sayang. Kau merasa tersinggung. Maaf.”Marno mengangkat bahunya karena dia tidak tahu apa lagi yang mesti diperbuat dengan maaf yang berbalas maaf itu
Dalam kutipan tersebut disiratkan bahwa Marno merupakan  pendengar yang baik, ia sabar menghadapi ocehan-ocehan Jane yang dianggap Marno membosankan. Dan juga diketahui bahwa Marno memiliki sifat teguh hati, dimana ia tetap berkata “Biar!” ketika Jane menganggap Marno orang desa yang sentimental.
·         Jane, dalam cerita ini merupakan tokoh utama disamping Marno. Pada awalnya Kayam mencoba mengutarakan siapa dan apa yang dipikirkan Jane kala itu. Namun, pada akhir cerita Kayam memfokuskan tokoh kepada Marno yang mulai menguasai jalan cerita.
Dengan metode analisa dramatic, Jane adalah tipikal orang yang cerewet, keras kepala, dan banyak berbicara. Juga gaya bicaranya yang sedikit menunjukan bahwa ia adalah kaum ningrat di negaranya. “Jet keparat!” Jane mengutuk sambil berjalan terhuyung ke dapur. Dari kamar itu Marno  mendengar Jane keras-keras membuka kran air. Kemudian dilihatnya Jane kembali, mukanya basah, di tangannya segelas air es. Dapat dilihat bahwa struktur/budaya kebaratan yang ditunjukkan Kayam melalui tokoh Jane ini.

b)      Tokoh Pembantu
Dalam cerita ini ada tokoh Tommy, yang merupakan mantan suami Jane. Jane sempat beberapa kali menceritakan Tommy. Dengan metode analisis yang sama dapat diketahui bahwa Tommy merupakan pria yang baik, yang sesungguhnya Janepun masih menyayangi Tommy. “Sebab, seee-bab aku tidak mau Tommy kesepian dan kedinginan di Alaska. Aku tidak maaau.” Dari kutipan tersebut diketahui bahwa sesungguhnya Jane sangat mengkhawatirkan Tommy yang Jane sendiri tidak tahu keberadaan dari Tommy.
Dari keseluruhan cerita ini, Kayam tidak menampilkan secara ekspositoris atau secara deskriptif watak/penokohan dari masing-masing tokoh. Ia menyisipkan watak tokoh dalam penggalan-p[enggalan kejadian dramatic dalam cerita tersebut.
4.      Analisis Latar
Latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannyadalam prosa fiksi (Nadjid, 2003:25). Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) Latar dapat dibagi menjadi Latar Tempat, waktu dan social
a)      Latar tempat
Dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan latar tempat diceritakan ada pada sebuah rumah, yang mungkin tepatnya ada diatas atau lantai kedua. Dan rumah itu ada di sebiah kawasan di kota Manhattan, Amerika  Kemudian pelan-pelan diciumnya dahi Jane, seperti dahi itu terbuat dari porselin. Lalu menghilanglah Marno di balik pintu, langkahnya terdengar sebentar dari dalam kamar turun tangga.dari kutipan itu Marno mulai meninggalkan Jane di kamarnya melewati pintu dan kemudian turun tangga. Dapat dideskripsikan bahwa letak kamar Jane ada di atas dan percakapan itu berlangsung di kamar Jane.
b)      Latar Waktu
Malam, percakapan dari cerita ini ada saat bulan terlihat dari jendela kamr Jane. “Bulan itu ungu, Marno.”“Kau tetap hendak memaksaku untuk percaya itu ?”“Ya, tentu saja, Kekasihku. Ayolah akui. Itu ungu, bukan?”“Kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan mendungnya itu?”. Bulan yang mendeskripsikan kejadian waktu dalam cerita ini. Percakapan antara Jane dan Marno terjadi saat malam, dimana bulan dapat dilihat dari jendela kamar Jane. Jane dan Marno kemudian melihat keluar jendela dan pengaruh alcohol membuat Jane menyatakan bahwa bulan itu berwarna ungu.


c)      Latar Sosial
Kayam ingin menceritakan suasana social orang kelas tinggi. Mereka duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas martini. Mereka sama-sama memandang ke luar jendela. Jane dengan segelas martini (cocktail) dan Marno dengan segelas scotch (whisky) yang merupakan minuman kelas tinggi. Yang meskipun situasi Amerika namun cocktail tidak sembarang orang dapat menikmatinya. Apalagi mereka minum kedua jenis minuman tersebut saat berada di rumah, bukan di café ataupun restoran yang menyediakan cocktail. Jelas bahwa Kayam ingin menampilkan sudut social kelas tinggi dengan budaya baratnya yang kental yang kemudian menjadi dasar dari keseluruhan unsure cerita ini.

5.      Analisis Tema
Tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu yang membentuk atau membangun dasar gagasan-gagasan utama dari suatu karya sastra (Tarigan , 1985:125). Seperti yang telah disinggung dalam pendahuluan diatas, banyak orang yang menganggap tema dari cerita Umar Kayam adalah bertemakan nonsense. Dengan didasari tidak adanya penceritaan yang jelas dan konflik yang tidak ada sama sekali. Namun kali ini penulis dapat menangkap bahwa tema yang hendak disampaikan oleh Kayam yang paling banyak adalah tema sosiologis. Artinya Kayam ingin menceritakan adanya persamaan dan perbedaan kebiasaan antara budaya barat dan budaya timur. Dalam artian lain tema multicultural. Namun Kayam tidak mengakhiri tema ini dengan jelas, atau sekurang-kurangnya dengan konflik yang jelas. Pembaca diarahkan untuk menilai, dan membawa cerita ini menuju kehendak pembaca. Sehingga cerita ini mnejadi multitafsir.
Persamaan kedua budaya ini dapat diceritakan dalam kisah Jane yang masih menyayangi mantan suaminya dan Marno yang rindu akan kampung halaman dan istrinya. Ini membuktian bahwa budaya barat dan timur mempunyai kesamaan dalam hal kasih sayang, keduanya merasakan hal yang sama maupun dalam kondisi budaya dan keadaan social yang berbeda. Perbedaan ditunjukkan Kayam dalam situasi dimana Marno lebih memilih untuk pulang daripad tidur bersama dengan Jane. Mungkin karena ia ingin segera mengakhiri perselingkuhan itu dan kembali kepada istrinya. Hal ini menunjukkan identitas budaya timur yang lebih menghargai perkawinan.
Dalam cerpen-cerpennya Kayam lebih banyak menggambarkan unsur-unsur budaya. Terutama budaya barat yang Kayam sendiri mengalaminya saat menempuh pendidikan di Amerika Serikat dan budaya timur yang merupakan budaya aslinya. Ini juga bersinggungan langsung dengan latar belakang Kayam yang merupakan seorang budayawan. Dalam cerpennya yang lain Istriku, Madam Schlitz dan Sang Raksasa Kayam menampilkan sisi kehidupan bertetangga di Amerika. Dan sekali lagi Kayam tidak menampilkan konflik yang jelas di cerpen tersebut.
Jika menganggap bahwa cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan adlaah nonsense, maka penulis mengaitkan kembali pada gaya kepenulisan Kayam yang telah diutarakan tadi. Dengan gaya yang lebih mengarahkan pembaca untuk mengetahui dan berimajinasi langsung tanpa pendeskripsian yang jelas mengenai kejadian-kejadian antar tokoh. Sehingga cerpen Kayam tidak bisa di baca secara sekali agar pembaca langsung dapat memaknai cerita tersebut, melainkan harus dibaca berulang-ulang agar dapat menangkap apa maksud Kayam mengenai pesan yang ingin disampaikannya. Sehingga dapat ditemukan tema, makna dan nilai dari cerita Kayam.
6.      Analisis Tipe
Rusyana (1979:162) membagi tipe kedalam 4 bentuk :
·         Tipe Sosial
·         Tipe Sejarah
·         Tipe kerohanian, dan
·         Tipe lainnya
Berdasar pada analisis yang telah dibahas, dapat dikatakan bahwa tipe dari cerpen ini a     dalah tipe social. Kayam ingin mengangkat nilai multicultural dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan. Dengan pendekatan social yang tersirat, Kayam telah berhasil memberikan sentuhan corak budaya pada cerpennya. Dengan gaya percakapan, ia membangun budaya dengan alur-alur yang ditampilkannya. Namun penjelasan tentang budaya dari masing-masing tokoh tidak dijelaskan secara terperinci, hanya menampilkan dari sudut social kehidupan sehari-hari saja. Itupun dengan pendeskripsian yang sangat minim.
Kayam berusaha agar cerita yang dibuatnya tidak menjurus pada suatu nilai social yang menyalahkan suatu budaya social masyarakat. Misalnya barat dengan gaya hedonisme-nya dan timur dengan budaya ramahnya. Kayam tidak menjudgetifikasi budaya mana yang lebih baik dari keduanya. Kayam hanya ingin menampilkan budaya tersebut kepada pembaca, tanpa harus di akhiri. Dan sekali lagi, pembaca-lah yang dituntut dapat mengakhiri dari cerita ini.
7.      Analisis Nilai
Dilihat dari pendekatan struktur, nilai sastra dari cerpen ini tergolong baik pada zamannya. Gaya bercerita pada angkatan ini (angkatan 50’) sangatlah berbeda dengan angkatan sebelumnya. Yaitu gaya yang bercerita murni, tanpa menyisipkan pendapat, pandangan dan sikap pengarang. Pengarang cenderung “hilang” dalam karyanya. Pada angkatan ini semangat dekolonialisasi tampak jelas pada karyanya. Seolah ingin menunjukkan “siapa aku” dalam karya-karyanya. Dan tampak sekali dalam karya-karya Umar Kayam.
Karena gaya bercerita yang khas, karya Kayam tidak memiliki satu arti saja jika dibaca. Akan timbul arti-arti baru pada setiap pembaca yang mencoba menafsirkan apa maksud dari Kayam.  Ia sekadar mengarahkan pembaca pada suasana dan situasi tertentu kepada pembaca sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri unsure tematik dari ceritanya. Sejumlah tema bisa muncul tergantung dari horizon setiap pembacanya. Bahkan muncul tema nonsense seperti yang disinggung diatas. Hal inilah yang menjadi daya tarik karya-karya Kayam. Multitafsir.
Kayam memberikan sebuah genre baru dalam prosa, yaitu Cerpen Suasana. Dimana ia mampu menenggelamkan imajinasi pembaca kepada suasana tertentu di dalam ceritanya. Unsure indrawi, kepekaan, dan kemampuan menangkap hal-hal yang sangat detil diperlukan untuk membuat cerita layaknya Kayam. Sungguh luar biasa,
Jika ditilik dari metode pendekatan fungsi, cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan ini bernilai kemasyarakatan. Sosial dan budaya sangat kental dalam cerpen Kayam. Jika lebih dispesifikasi lagi, Kayam menampilakn sisi social yang dianggap remeh-temeh, seperti kehidupan perselingkuhan, bertetangga, dll. Ini menunjukkan bahwa Kayam merupakan seorang observator, partikularis dan seorang yang berjiwa social tinggi. Kayam juga ingin menunjukkan bahwa ia adalah seorang ilmuwan.
8.      Analisis Fungsi
Fungsi dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan memberikan pesan kehidupan berumah-tangga yang baik. Kayam mencoba menggambarkan kasih sayang yang murnio, tak terbatas oleh ruang dan waktu. Baik kepada sesama manusia maupun kepada alam. Juga Kayam ingin menampilkan kesetiaan yang seharusnya antar sesame manusia.
Fungsi sastra yaitu dulce et utile, juga dipesankan dalam cerpen ini. Fungsi dulce atau menghibur, pembaca dapat mengimajinasikan suasana malam di Manhattan bersama segelas scotch atau martini. Memandang bulan yang ungu ditemani obrolan-obrolan ringan dari kedua tokoh tersebut. Fungsi utile-pun tidak tertinggal disisipkan Kayam dalam cerpennya. Fungsi mendidik/berguna telah dijabarkan dalam analisis fungsi diatas.
9.      Pengalaman
Pembaca dapat menginajinasikan langsung apa yang terjadi dalam karya tersebut melalui suasana yang terbentuk oleh imajinasi pengarang. Begitulah kira-kira kalimat yang menjelaskan gaya cerpen suasana Umar Kayam. Pembaca dituntut untuk mengimajinasikan langsung, tanpa bantuan deskriptif dari pengarang untuk merasakan pengalaman batin dari cerpen ini. Pengarang hanya mengarahkan agar pembaca dapat memasukki ruang imajinasinya dan segera menyimpulkan apa yang dimaksud oleh pengarang. Hal ini yang membuat Cerpen Suasana memiliki daya imajinatif dan pengalaman yang tinggi.
10.  Kesimpulan
Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, sebuah cerpen Umar kayam yang memiliki nilai sastra tinggi terhadap unsure social masyarakat . umar Kayam telah berhasil membawa pembaca kedalam horizon-horison imajinatif dan simpulan yang menghasilkan bermacam pendapat tematik yan dihasilkan. Pembaca dituntut menjadi pengarang kedua untuk merumuskan ending dari sebuah cerita. Kayam mengarahkan pembaca menjadi orang pintar dan berfungsi edukatif dalam setiap karyanya. Sungguh merupakan karya filsuf yang luar biasa.
11.  Referensi
Aminudin, 2004. Pengantar Apresiasi Sastra . Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Kayam, Umar. 1972. Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, hlm 7 dan 8, Jakarta : Pustaka Jaya
Luthfi, Anas . 2006 . ILMU DAN SENI, SEBENTUK EKLEKTISISME, (OnLine).   tersedia : http://anasluthfi.blogspot.com/2006/03/umar-kayam-ilmu-dan-seni-sebentuk.html, diakses 27 Maret
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta : Gadjah Mada Press.2011
Rojaki . 2006. Mengakrabkan SIswa dengan Karya Sastra (Cerpen), (Online) tersedia : http://rozakismanda.wordpress.com/2010/02/19/aartikel-sastra/, diakses 27 Maret 2011
Supriyadi, Heru. 2006 . Analisis Tokoh dan Penokohan dalam cerpen Ave Maria, (Online) tersedia : http://goesprih.blogspot.com/2009/08/analisis-tokoh-dan-penokohan-cerpen-ave.html, diakses 27 Maret 2011.
Wellek, Rene & Austin Werren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

3 komentar:

  1. http://reretaipan88.blogspot.com/2018/07/asiataipan-taipanqq-taipanbiru-7-cara_21.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : E314EED5

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong

    BalasHapus
  2. Play Baccarat, Poker and Cards - WURRI LII
    When you get an advantage, all your bets are counted; you can count on the number 1xbet of chips in your septcasino hand. When you make a bet, you win. If you lose, you win. 바카라 Baccarat is one of the most

    BalasHapus
  3. The Rundown of Online Casinos
    When it comes to games from the top casino games you can play with, you should have 카지노사이트luckclub a good understanding of slot games available. For example, the What are the best slots to play with online casinos?Can I win real money on slots with free spins?

    BalasHapus